![]() |
Hidayatul Akbar, S.H Manager Hukum |
Kecaman terhadap PM Australia Tony Abbott terus berdatangan menyangkut
wacana Abbott yang meminta ganti rugi bantuan yang diberikan
Australia guna rehabilitasi dan rekonstruksi pasca musibah tsunami Aceh 2004
silam, jika pemerintah Indonesia tetap mengeksekusi dua warganya. Kali ini
kecaman itu datang dari LSM Kemilau Cahaya Bangsa Indanesia (KCBI) Cabang Aceh melalui
Manager Hukumnya Hidayatul Akbar, SH yang mengatakan PM Australi aterlalu
kekanak-kanakkan dalam menyikapi masalah eksekusi mati terhadap dua warganya yang terlibat kasus Narkoba “Bali Nine”.
Hidayatul Akbar menambahkan Abbott memiliki komunikasi diplomasi
yang sangat buruk, seharusnya dia tidak perlu mengaitkan bantuan Australia
kepada Indonesia pasca tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2004 silam, karena saat
itu tidak ada satupun masyarakat Aceh yang meminta belaskasian dari
mereka(Australia), bantuan itu murni inisiatif kepedulian sosial mereka sebagai
negara sahabat. “Pernyataan itu sangat memalukan keluar dari mulut seorang
Perdana Mentri” Apa karena mereka telah membantu Indonesia warganya bisa seenaknya
merusak generasi penerus bangsa ini dengan mengedarkan barang yang diharamkan
dinegeri ini? Indonesia punya hukum jadi tolong hargai hukum yang berlaku di
negeri kami.”cetusnya
Sebelumnya, sejumlah media menginformasikan Perdana Menteri
Australia Tony Abbott, mendesak Indonesia untuk mengingat kontribusi besar
Canberra dalam bantuan setelah tsunami dahsyat tahun 2004 dan membayar
kemurahan hati itu dengan membatalkan eksekusi dua warganya yang divonis mati
dalam kasus perdagangan narkoba di Bali.
Indonesia telah menegaskan bahwa Andrew Chan (31 tahun) dan Myuran
Sukumaran (33 tahun), pemimpin kelompok perdagangan narkoba yang disebut Bali
Nine, akan berada di antara kelompok narapidana berikutnya yang akan menghadapi
regu tembak. Namun, pihak Indonesia masih tutup mulut tentang kapan eksekusi
akan berlangsung dan narapidana asing mana saja yang akan bergabung dengan dua
warga Australia itu.
Abbott mengatakan, dalam meningkatkan tekanan terhadap Jakarta, ia
terus berusaha "menjadi suara pribadi yang terkuat" kepada Presiden
Indonesia Joko Widodo dan memperingatkan bahwa dirinya akan merasa "sangat
sedih" jika permintaannya untuk membatalkan eksekusi itu diabaikan.
"Australia telah mengirim bantuan miliaran dollar,"
katanya, merujuk pada bencana tsunami yang menewaskan 220.000 orang di 14
negara. Dari jumlah itu, hampir 170.000 orang berasal dari Indonesia.
"Kami mengirim sebuah kontingen besar angkatan bersenjata kami
untuk membantu di Indonesia dengan bantuan kemanusiaan. Saya ingin
mengatakan kepada rakyat Indonesia dan Pemerintah Indonesia, kami di Australia
selalu ada untuk membantu kalian dan kami berharap bahwa kalian mungkin bisa
membalas dengan cara ini pada saat ini."
"Kami akan membuat ketidaksenangan kami diketahui. Kami akan
membuat rakyat Indonesia tahu bahwa kami merasa sangat kecewa," kata
Abbott ketika ditanya apa yang akan terjadi jika eksekusi tetap berlangsung.
"Saya tidak ingin memberikan penilaian yang buruk terhadap
hubungan terbaik dengan seorang teman dan tetangga yang sangat penting.
"Namun, saya harus mengatakan, kami tidak bisa mengabaikan hal
seperti ini begitu saja jika usaha yang kami lakukan diabaikan oleh
Indonesia."