Jumat, 20 Februari 2015

KCBI: PM AUSTRALIA KEKANAK-KANAKAN

Hidayatul Akbar, S.H
Manager Hukum
Kecaman terhadap PM Australia Tony Abbott terus berdatangan menyangkut wacana Abbott  yang meminta ganti rugi bantuan yang diberikan Australia guna rehabilitasi dan rekonstruksi pasca musibah tsunami Aceh 2004 silam, jika pemerintah Indonesia tetap mengeksekusi dua warganya. Kali ini kecaman itu datang dari LSM Kemilau Cahaya Bangsa Indanesia (KCBI) Cabang Aceh melalui Manager Hukumnya Hidayatul Akbar, SH yang mengatakan PM Australi aterlalu kekanak-kanakkan dalam menyikapi masalah eksekusi mati terhadap dua warganya yang terlibat kasus Narkoba “Bali Nine”.
Hidayatul Akbar menambahkan Abbott memiliki komunikasi diplomasi yang sangat buruk, seharusnya dia tidak perlu mengaitkan bantuan Australia kepada Indonesia pasca tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2004 silam, karena saat itu tidak ada satupun masyarakat Aceh yang meminta belaskasian dari mereka(Australia), bantuan itu murni inisiatif kepedulian sosial mereka sebagai negara sahabat. “Pernyataan itu sangat memalukan keluar dari mulut seorang Perdana Mentri” Apa karena mereka telah membantu Indonesia warganya bisa seenaknya merusak generasi penerus bangsa ini dengan mengedarkan barang yang diharamkan dinegeri ini? Indonesia punya hukum jadi tolong hargai hukum yang berlaku di negeri kami.”cetusnya
Sebelumnya, sejumlah media menginformasikan Perdana Menteri Australia Tony Abbott, mendesak Indonesia untuk mengingat kontribusi besar Canberra dalam bantuan setelah tsunami dahsyat tahun 2004 dan membayar kemurahan hati itu dengan membatalkan eksekusi dua warganya yang divonis mati dalam kasus perdagangan narkoba di Bali.
Indonesia telah menegaskan bahwa Andrew Chan (31 tahun) dan Myuran Sukumaran (33 tahun), pemimpin kelompok perdagangan narkoba yang disebut Bali Nine, akan berada di antara kelompok narapidana berikutnya yang akan menghadapi regu tembak. Namun, pihak Indonesia masih tutup mulut tentang kapan eksekusi akan berlangsung dan narapidana asing mana saja yang akan bergabung dengan dua warga Australia itu.
Abbott mengatakan, dalam meningkatkan tekanan terhadap Jakarta, ia terus berusaha "menjadi suara pribadi yang terkuat" kepada Presiden Indonesia Joko Widodo dan memperingatkan bahwa dirinya akan merasa "sangat sedih" jika permintaannya untuk membatalkan eksekusi itu diabaikan.
"Australia telah mengirim bantuan miliaran dollar," katanya, merujuk pada bencana tsunami yang menewaskan 220.000 orang di 14 negara. Dari jumlah itu, hampir 170.000 orang berasal dari Indonesia.
"Kami mengirim sebuah kontingen besar angkatan bersenjata kami untuk membantu di Indonesia dengan bantuan kemanusiaan. Saya ingin mengatakan kepada rakyat Indonesia dan Pemerintah Indonesia, kami di Australia selalu ada untuk membantu kalian dan kami berharap bahwa kalian mungkin bisa membalas dengan cara ini pada saat ini."
"Kami akan membuat ketidaksenangan kami diketahui. Kami akan membuat rakyat Indonesia tahu bahwa kami merasa sangat kecewa," kata Abbott ketika ditanya apa yang akan terjadi jika eksekusi tetap berlangsung.
"Saya tidak ingin memberikan penilaian yang buruk terhadap hubungan terbaik dengan seorang teman dan tetangga yang sangat penting.
"Namun, saya harus mengatakan, kami tidak bisa mengabaikan hal seperti ini begitu saja jika usaha yang kami lakukan diabaikan oleh Indonesia."